Rabu, 04 September 2019

Keajaiban Cinta (eps 4)



Januari 2011
Awan hitam datang berarak bersama angin berkecepatan sedang, tanda langit turut bersedih menemani seorang pria lengkap dengan pakaian serba hitam yang ia kenakan. Meratapi gundukan tanah. Setangkai mawar terhias di sebuah dipan bertuliskan nama sang kasih. Tak sedikit air matanya tumpah, “terimakasih” ucapnya dalam hati. Sambil mengelus rintikan air yang turun dari langit. Hujan datang.

“Arjunaaa... hujan sudah turun. Ayo bergegas” teriakan dari arah belakang mengagetkannya. Sambil mengelap air matanya, pria itu beranjak mendekati mobil lalu pergi dari tempat pemakaman tersebut.
“Sudah lah jun, ikhlaskan. Kita pasti akan menyusulnya nanti. Jangan karena seseorang yang teramat kau cintai, kau lupa akan segalanya.” ujar Airlangga sembari memakan sepotong biskuit, menawarkannya pada Arjuna yang tengah menyetir.
“Mari kita menyusul,ngga. Aku tidak sabar bertemu dengannya. Aku cinta mati dengannya” Arjuna melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, melepas selt belt yang ia gunakan.
“KAU SUDAH GILA YA? TURUNKAN LAJU MOBILMU. AKU BELUM MAU MATI SEKARANG” tegas Airlangga menampar pipi Arjuna berharap ia mendengar, tetapi tidak. Kecepatan mobilnya semakin lama semakin cepat. Airlangga mengencangkan sabuk pengaman, untuk pertama kalinya mulut kotor itu penuh dengan istighfar. Arjuna menekan pedal gas semakin kencang, hingga Truk dari arah sebaliknya mendekat dan....
DUAARRR.... suara ledakan terdengar hingga kejauhan. Warga sekitar berlari, mendekati sumber ledakan untuk menolong. Mobil Arjua terguling sebelumnya, lalu terbakar. Airlangga masih setengah sadar melepas sabuk pengaman lalu keluar dengan bantuan warga sekitar. Sedang Arjuna tersenyum lalu melintas kenangan bersama sang kasih.
“Kita hidup bersama, dan mati pun bersama. Aku menyusulmu sayang” hatinya terucap lalu cahaya matanya mulai meredup.


EmoticonEmoticon